Penantian Hati

Written By Amoe Hirata on Minggu, 30 Agustus 2015 | 14.34

Saat hati menanti
Cinta yang sedang pergi
Rindu menyala-nyala
Bunga kehilangan aroma

Bilakah ia kembali
Mengisi hati sunyi
Sedetik serasa seminggu
Rindu mendayu-dayu

Air Mata

Written By Amoe Hirata on Rabu, 26 Agustus 2015 | 14.23

Bila mata bercucur
Bukan berarti
Hati hancur

Kadang ia menetes
Lantaran bahagia,
Bukan stress

Air mata terbit
Dari lubuk hati
Tak berpenyakit

Mata berkaca
Karena jiwa
Bertabur cahaya

Albi

Written By Amoe Hirata on Selasa, 25 Agustus 2015 | 14.22

Adamu tiada dua
Bersama terasa bahagia

Rindu kala pergi
Cinta kala kembali

Ku jemput cinta
Ke relung jiwa

Jadikan ku bidadari
Embun penyejuk hati

Pelangi di Langit Hati

Written By Amoe Hirata on Senin, 24 Agustus 2015 | 14.20

Cinta mungkin bertemu
Baru dua minggu
Namun yg terasa
Bagai dua dasawarsa

Meski lama terkesan
Bukan berarti bosan
Kau adalah pelangi
Di langit hati

Aku melukis cinta
Dgn kanvas cakrawala
Hati bertalu rindu
Sayang makin menggebu

Tuhan,
Jadikan ia bidadari
Yg senantiasa menyejukkan
Istana hati

Kami bukan pasangan
Sempurna
Tapi dengan kataatan
Kami berupaya
Selalu menjadikan
Mu sebagai sandaran

Sandaran cinta
Yg tak kan goyah
Oleh sekadar angkara
Atau nafsu pongah

Taburkan pada qalbu
Cahaya tentram
Yang membuat kami mampu
Mengarungi jalan yg curam

Bila pada riil cinta
Kami tergelincir
Maka luruskan segera
Pada riil cahaya

Cahaya yg lahir
Dr ridha dan sayang
Membuat menusia berdzikir
Dengan tulus hati dan fikir

Ah,
Kadang kata
Tak mampu mewakili
Desir hati

Namun kami percaya
Cinta akan menerjemahkan
Bahasa indahnya
Dgn ketulusan

Yg mampu dipahami
Oleh para pecinta
Dengan bahasa hati
Bukan skadar retorika

Embun Hati

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 22 Agustus 2015 | 14.15

Saat bangun pagi
Ku menatap 'embun hati'
Mengaku wanita biasa
Padahal luar biasa

Hadirnya laksana embun pagi
Sejuk, bening, dan asri
Adanya kini menyerta
Hati yang dirundung cinta

Berilah pada hati ini
Berlaksa kesejukan
Yg menjadi bukti
Cinta tak sekadar bualan

Taburkan pada hati ini
Berjuta ketulusan
Yg menjadi indikasi
Kasih tetap bertahan

Embun pagiku
Tetaplah setia menyertaku
Kau adalah anugerah
Di kala lapang dan susah

Bayang Cinta

Written By Amoe Hirata on Kamis, 20 Agustus 2015 | 14.14

Dalam sudut cinta
Yang indah mulai tereja
Dulu kau hanya sekadar
Huruf yg tercecar


Sekarang, ....... 

Cinta membuatmu nyata
Bukan sandiwara
Ketika bayangmu hadir
Hati selalu berdesir

Sayang, ... 

Biarkan aku terpesona
Oleh gelombang cinta
Meluap rindu bak air
Bergulung meretas takdir

Pelabuhan Cinta

Written By Amoe Hirata on Sabtu, 15 Agustus 2015 | 14.12

Sepoi angin pagi
Membuat hati berderu
Bersama cinta suci
Membuka lembaran baru
Memang akan sarat uji
Laksana ruang berdebu
Dengan 'sapu cinta' fitri
Kan menjadi seelok qalbu
Ke depan masih misteri
Usaha & tawakkal berpadu
Dalam pelabuhan hati
Cinta `kan selalu berlabu

Ketika Muslim Bangga dengan Kuantitas

Written By Amoe Hirata on Senin, 03 Agustus 2015 | 04.36

 Amoe Hirata

Bagaimana jika umat Islam mulai bangga dengan kuantitas, lantas mengabaikan kualitas? Apakah mereka akan bangkit dan bangun atau malah jatuh melamun? Nyatanya, kuantitas (mayoritas) yang tak disertai kualitas hanya menjadi malapetaka umat.
Betapa banyak jumlah umat Islam saat ini! Namun, mampukah mereka berkontribusi terhadap umat manusia? Mampukah mereka membantu saudara-saudaranya yang teraniaya? Mampukah mereka mewujudkan rahmat Islam ke seantero alam? Jawabannya ada pada tafsir ayat berikut:

I.       Ayat Kajian               : At-Taubah(25-26)

لَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٖ وَيَوۡمَ حُنَيۡنٍ إِذۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنكُمۡ شَيۡ‍ٔٗا وَضَاقَتۡ عَلَيۡكُمُ ٱلۡأَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّيۡتُم مُّدۡبِرِينَ ٢٥ ثُمَّ أَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودٗا لَّمۡ تَرَوۡهَا وَعَذَّبَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ وَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٦

II.    Arti Mufradat                       :

نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ               : Allah (telah) menolong kalian
مَوَاطِنَ                     : 2Tempat-tempat
وَيَوۡمَ حُنَيۡنٍ                : Dan pada (perang) Hunain
أَعۡجَبَتۡكُمۡ               : Telah membuat kalian ta`jub(bangga)
فَلَمۡ تُغۡنِ عَنكُمۡ        : Maka tidak berguna dari kalian
وَضَاقَتۡ                   : Dan ia telah menjadi sempit
بِمَا رَحُبَتۡ                : Dengan keluasannya
وَلَّيۡتُم مُّدۡبِرِينَ            : Kalian (telah) berpaling ke belakang (dengan tercerai berai)
سَكِينَتَهُ                   : Ketenangannya
جُنُودٗا                      : Tentara-tentara
جَزَآءُ                       : Balasan, ganjaran

III. Arti Ayat                    :
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir

IV.  Asbāb Nuzūl               :
أَخْرَجَ الْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّلَائِلِ عَنِ الرَّبِيْعِ ابْنِ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَوْمَ حُنَيْن لَنْ نُغْلَبْ مِنْ قِلَّةٍ وَكَانُوْا اثْنَي عَشَرَ أَلْفًا فَشَقَّ ذلِكَ عَلَى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فَأنْزلَ اللهُ "وَيَوْمَ حُنينٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كثرتُكم" الآية
Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Rabi` bin Anas dalam kitab al-Dalāil bahwa ada seorang laki-laki berkata pada perang Hunain, ‘Kita tidak akan dikalahkan dari (jumlah) sedikit’. Pada waktu itu mereka (berjumlah) sepuluh ribu. (Pernyataan orang itu) membuat Rasulullah berat (hati). Lalu turunlah ayat: وَيَوْمَ حُنينٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كثرتُكم[(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu)].

V.    Tafsir Ayat                :
Tidak diragukan lagi, bagi orang-orang beriman Allah adalah sebagai penolong atas segenap perjuangan-perjuangan mereka. Pada ayat ini dinyatakan, “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin)(25)”. Dalam al-Qur`an Allah ta`ala dikatakan sebagai khairu al-Nāshirīn(Sebaik-baik penolong. Lihat: Ali Imran, 150).
Maka sudah sepatutnya, setiap Mu`min hanya memohon pertolonganNya atas segenap perjuangan yang akan ditorehkan. Dalam sejarah pertolongan-pertolonganNya sungguh terbukti. Betapa banyak umat Islam dimenangkan dalam perjuangannya menegakkan nilai-nilai Islam, “di medan peperangan yang banyak”(25).
Lebih khusus Nabi Muhammad beserta sahabat dan umatnya kemudian diingatkan pada peristiwa sejarah, “dan (ingatlah) peperangan Hunain(lembah yang terletak di antara Makkah dan Thaif), yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu)(25)”. Menarik untuk ditelaah di sini, kebanyakan kemenangan-kemenangan yang didapat, selalu beriring jumlah pejuang yang sedikit. Namun pada perang Hunain(perang yang terjadi pada bulan Syawwal, tahun 8-H pasca Fath Makkah), jumlah mereka menjadi lebih banyak.
Digambarkan dalam sejarah, jumlah mereka saat itu sekitar sepuluh ribu orang. Jumlah yang banyak ini ternyata menimbulkan penyakit hati berupa: ujub(terlalu bangga dengan kuantitas, sehingga melupakan kualitas dan pertolongan Allah). Namun apakah jumlah berefek pada kemenangan dan pertolongan Allah?
Nyatanya Allah berfirman, “maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun”(25). Di sepanjang sejarah memang demikian. Pejuang-pejuang Muslim sukses justru dengan jumlah yang sedikit. Perang Badar Kubra, Khandaq, Yarmuk, Qadisiyah, dan lain sebagainya adalah contoh bahwa mereka menang bukan dengan kuantitas.
Bahkan, dalam al-Qur`an sendiri ditegaskan bahwa betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak, sebagaimana yang tergambar dalam kisah Thalut dan Jalut. Allah berfirman:
قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٖ قَلِيلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةٗ كَثِيرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٢٤٩
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”(Qs. Al-Baqarah: 249).
Meski jumlah pasukan Thalut sedikit, namun mereka di samping mendapat izin Allah mereka juga memiliki keimanan, kekuatan dan kesabaran yang luar biasa(ini menggambarkan kualitas). Karena itulah, meski sedikit, mereka layak mendapat kemenangan. Apalah arti kuantitas jika tak beriring kualitas. Menurut penuturan sahabat yang bernama Tsauban, suatu saat nabi mengingatkan :
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
(Akan datang suatu masa di mana) umat-umat lain akan memperubutkan kalian sebagaimana hidangan yang (berada) di atas meja makan”. Lalu ada (sahabat) yang bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah karena pada waktu itu jumlah kami sedikit?”. Beliau menjawab, “Bahkan kalian pada waktu itu banyak. Akan tetapi kalian ibarat buih di lautan. Allah pasti akan mencabut kehebatan kalian dari dada musuh kalian. Dan Allah akan menimpakan wahn pada hati kalian.” Ada (sahabat) yang bertanya lagi, “Wahai Rasulullah!Apa yang dimaksud dengan wahn?”. Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”(Hr. Abu Daud dan Ahmad).
            Peristiwa di lembah Hunain akan terus terjadi jika umat Islam terlalu membanggakan kuantitas tanpa memedulikan kualitas. Akibatnya sangat jelas, “dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai(25)”. Pertama, menjadikan hati sempit. Kedua, berujung pada kekalahan.
Sebagai contoh –tanpa bermaksud membatasi-, kita bisa mengetahui betapa Nashir Lidinillah kalah telak dalam perptempuran `Iqab karena terlalu PD dengan jumlah pasukan yang banyak. Demikian pula perang Balath Syuhada(di Andalusia),  perang Khandaq(bersama Abdurrahman An-Nashir), yang kesemuanya memiliki kesamaan dengan subtansi perang Hunain.
Maka dari itu, tidak berlebihan jika suatu ketika Umar bin Khattab –melalui suratnya- mengingatkan Sa`ad bin Abi Waqash bahwa yang ia takuti bukan terutama kekuatan musuh(betapapun banyaknya). Yang ia takuti justru jika para tentara bermaksiat. Karena menurutnya, maksiat bisa menghancurkan kekuatan tentara Islam (sebanyak apapun jumlahnya). Beliau juga measihatkan, sebaik-baik bekal adalah takwa pada Allah.
            Peristiwa Hunain tidak melulu memberikan pelajaran tentang bahaya bangga berlebihan atau ujub terhadap kuantitas, namun juga memberi ruang untuk memperbaiki kesalahan. Bila umat Islam mau berbenah maka simak dengan baik firman Allah ta`ala, “Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir(26).”
Ketika barisan sahabat kocar-kacir, maka Rasulullah memberi mandat pada Abbas bin Abdul Muthallib untu menyatukan para sahabat yang centang-perenang dengan suaranya yang keras. Pada akhirnya, keteguhan dan keimanan nabi beserta sahabat-sahabatnya yang masih kokoh justru memberikan anugerah ilahi. Pertama, turunnya perasaan tenang. Kedua, diberi bantuan bala tentara yang tak disangka-sangka(yakni para malaikat dan pasukan lainnya). Ketiga, mendapat kemenangan setelah kalah.
Di sepanjang sejarah emas umat Islam, ada banyak perjuangan-perjuangan istimewa yang perlu digali dan diteladani maknanya dari pejuang-pejuang Muslim sejati(Spt: Badar Kubra, Ahzab, Fathu Makkah, Qadisiyah, Yarmuk, Ainun Jalut dll).
Mereka ‘dihadirkan’ Allah ta`ala ke dunia dengan cap istimewa : “sebaik-baik umat” yang dipersembahkan untuk umat manusia(lihat: Ali Imran: 110). Umat yang dalam perjalanan sejarah emasnya, mampu menjadi mercusuar dan soko guru peradaban dunia.
Meski demikian, yang menjadikan istimewa bukan sekadar kuantitas, mereka justru mampu menjadi terbaik lantaran berkualitas, meski pada umumnya sedikit. Orang-orang berkualitas inilah –setelah izin dan pertolongan- yang pada akhirnya mampu menggapai kesuksesan gemilang. Masihkah kita bangga dengan kuantitas di saat umat Islam lagi krisis ketaatan dan kualitas?

VI. Pelajaran                    :

1.      Haramnya ujub pada diri sendiri dan pada amal
2.      Ujub faktor penghalang kesuksesan
3.      Keutamaan orang-orang beriman
4.      Pertolangan sejati hanya berasal dari Allah ta`ala
5.      Pentingnya belajar sejarah sebagai pelajaran untuk hari ini dan masa depan. Karena sejarah kembali terulang
6.      Sifat ujub (kebanggaan yang berlebihan) melahirkan bencana
7.      Ketaatan dan keimanan mengantar pada pertolongan dan kemenangan
8.      Faktor utama kemenangan bukan dari kuantitas tapi murni dari Allah dan kualitas
9.      Ujung dari keimanan adalah pertolongan dan kemenangan. Sedangkan sikap ujub dan kekafiran berujung pada penistaan dan kekalahan
10.  Keimanan membuat hati tenang dan lapang

VII.                      Referensi        :

1.      Lubābu al-Nuqūl fī Asbābi al-Nuzūl, karya: Imam Jalaluddin Suyuthi
2.      Tafsīr wa Bayān Mufradāt al-Qur`ān `ala Mushafi al-Tajwīd ma`a Asbābi al-Nuzūl li al-Suyūṭi, karya: Dr. Muhammad Hassan al-Himshi
3.      Taisīr al-Karīm al-Rahmān, karya: Syaikh Al-Sa`adi
4.      Tafsīr al-Qur`ān al-`Aim, karya: Imam Ibnu Katsir
5.      Tafsīr al-Sya`rawi, karya: Syaikh Muhammad Mutawalli Sya`rawi
6.      Aisaru al-Tafāsīr, karya: Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi
7.      Amīru al-Mu`minīn Umar bin al-Khatthab, karya: Muhammad Shallabi
8.      Sunan Abu Daud, karya: Imam Abu Daud
9.      Dalāil al-Nubuwwah, karya: Imam Baihaqi

10.  Musnad Ahmad, karya: Imam Ahmad bin Hanbal
 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan