Home » , » Nilai Waktu Bagi Toean A. Hassan

Nilai Waktu Bagi Toean A. Hassan

Written By Amoe Hirata on Senin, 29 Mei 2017 | 14.02

DI balik ketenaran A. Hassan sebagai ulama tegas, jago debat, ahli agama baik lisan maupun tulisan, ada rahasia menarik yang menunjang kesuksesan beliau. Sebagaimana ulama-ulama lain, beliau sangat berdisiplin waktu. Ulama kelahiran Singapura 1887 ini adalah sosok yang sangat disiplin dalam mengelolah waktu baik sejak kecil maupun hingga wafatnya.

            Mengenai kedisiplinan A. Hassan, sampai-sampai dalam korenspondensi Tamar Djaja dengan beliau menyampaikan, “Saya ingin belajar dua hal dari tuan, yaitu tentang disiplin, mempergunakan waktu, dan ketegasan dalam mengemukakan suatu sikap.” (1980: 148).
            Saat masih kecil, A. Hassan sudah terbiasa disiplin waktu. Maka tidak heran ketika hendak belajar Ilmu Nahwu dan Sharaf kepada Haji Muhammad Taib, beliau rela walau harus menjalani syarat datang lebih dini sebelum waktu salat subuh tiba dan tidak boleh naik kendaraan dan itu berjalan hingga empat bulan. (Subhan, 200: 81).
            Kisah lain yang tidak kalah penting terkait kedisiplinan A. Hassan dalam soal waktu ialah beliau lebih mendahulukan pentingnya kaderisasi daripada perkerjaan sendiri. Salah satu bentuk disiplin A. Hassan ialah menghentikan pekerjaan rumahnya untuk melayani para pemuda yang ingin belajar seperti Natsir.
             Setiap kali berkunjung ke rumah A. Hassan, Natsir selalu menjumpai Guru Utama Persis itu sedang bekerja. Tapi sang ustadz selalu menghentikan pekerjaannya setiap kali Natsir datang. Menariknya, A. Hassan selalu “melayani” Natsir, seakan percakapannya dengan pemuda tanggung ini lebih penting daripada pekerjaannya. (Majalah Tempo, Vol. 37,  2008: 82).
            Sampai menjelang akhir hayatnya pun, beliau adalah sosok yang berdisiplin waktu. Saat kakinya dipotong karena sakit (pen: yang pernah saya dengan adalah diabetes), beliau sudah menyiapkan catatan kecil yang berjudul; “Ringkasan Riwayat Kaki Saya Dipotong, tertanggal: Surabaya, 1 Oktober 1957”. Maksud dari catatan ini beliau sampaikan kepada Tamar Djaja yang saat itu sedang membesuk, beliau berkata, “Tuan akan tahu riwayat dipotong itu, dan saya tidak capek dan tidak buang tempo untuk menjawab pertanyaan yang tentunya serupa. Jadi kalau saya jawab itu ke itu juga, kita kan rugi waktu. Sekarang mari kita ngomong soal lain-lain jang ada gunanya.” (Tamar Djaja, 1980: 140).
            Terakhir, untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai nilai waktu dalam pandangan A. Hassan, berikut ini akan dikutipkan tafsir A. Hassan terkait pelajaran dari Surah Al-Ashr ayat 1-3 dalam bukunya yang berjudul Al-Hidâyah Tafsir Juz ‘Amma (Cet. X: 45-46).
Pelajaran dari Surah Al-‘Ashr Ayat I
     “Oleh sebab masa itu begitu berharga dan penting, maka Allah menyuruh kita memperhatikannya. Memperhatikan masa itu tidak lain hanya menjaga jangan sampai luput satu saat dengan tidak kita kerjakan kebaikan padanya, atau sekurang-kurangnya kita kerjakan kewajiban kita, dan hendaklah kita jaga jangan ada satu saat pun melalui kita dengan membawa amal kita yang jahat.”
Pelajaran Surah Al-‘Ashr Ayat II dan III
     “Oleh sebab masa itu penting, oleh sebab masa itu berjalan terus, oleh sebab masa itu tidak bisa ditahan, oleh sebab masa yang berjalan dengan tidak membawa amal kita yang baik itu, berarti kerugian atas kita, maka hendaklah kita hargakan masa itu dengan beriman sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan yang membikin masa, serta kita habiskan masa itu dengan mengerjakan amal yang baik-baik sebagaimana yang ditunjukkan oleh agama kita, dan bernasihat, ingat-mengingat antara satu dengan yang lain pada menjalankan kebenaran walau bagaimanapun pahitnya, dan juga bernasihat antara kita pada menolak bahaya-bahaya yang ada dan yang akan menimpa kaum muslimin dengan sabar, yaitu dengan tetap, tekun dan terus.”

            Dari penjelasan beliau tersebut menggambarkan bahwa waktu adalah bagian yang sangat fundamental dalam kehidupan umat. Karenanya, tidak heran jika beliau sangat disiplin dalam menggunakan waktunya. Wallahu a’lam.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan