Home » » Surat Cinta Untuk Calon Suami

Surat Cinta Untuk Calon Suami

Written By Amoe Hirata on Minggu, 11 Januari 2015 | 07.42

            Bu Syafa tak kuasa menahan air mata, saat membaca surat yang disimpan oleh mendiang putrinya, Fazah Zakiyah.  Gadis yang dikenal shalihah, hafal al-Qur`an, cantik, periang, berprestasi, rendah hati itu sudah dipanggil Sang Pencipta. Banyak sekali kenangan yang indah bersamanya. Gadis seusianya yang begitu taat beragama, sangat jarang dijumpai di zaman yang serba mendewakan materi. Ia tidak menyangka, anak semata wayangnya dipanggil begitu cepat. Dalam hati ia hanya bisa berdoa: “semoga engkau bisa bertemu dengan calon suamimu di surga”.
Berikut ini adalah isi suratnya:

Dari     : Fazah Zakiyah
Untuk  : Calon suami yang masih rahasia

Bismillāhirrahmānirrahīm
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Senandung cinta senantiasa ku persembahkan kepada Sang Pencipta. Dialah yang menganugerahkanku pembendaharaan cinta, hingga aku sanggup menjaga diri dari angkara. Tak lupa ku haturkan shalawat rindu kepada Sang Pembaru, pemilik energi cinta, yang mengubah kegelapan menjadi cahaya; murka menjadi rela; benci menjadi cinta.
Wahai calon suamiku
Izinkanlah aku menulis beberapa bait surat cinta yang selama ini tersimpan dalam relung hati. Siapa pun dirimu, aku yakin bahwa engkau adalah kado terbaik yang digariskan Allah dalam takdir cintaku. Di sini aku berusaha menjaga diri, agar tak tercemari penyakit hati. Menantimu dalam kesucian, diterangi lentera cinta Maha Penyayang.
Sebagai perempuan, aku memang tak sempurna. Tapi aku bertekad, menjadikanmu suami bermartabat. Seorang suami yang menjadi teladan bagi istri. Seorang suami yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala. Seorang suami yang menuntunku ke ‘pintu surga’. Seorang suami yang menjadi sosok gagah, yang menjadi ayah bagi anak shalih-shalihah.
Wahai calon suamiku
Sejauh ini, alhamdulillah aku masih dianugerahi energi dari Maha Pemberi untuk senantiasa menjaga diri. Aku harap kau di sana diberi kekuatan  untuk menjaga diri. Memang semua ini berat. Di saat teman-taman sebayaku, dengan bangga mengumbar aurat, bergaul bebas, berfoya-foya, bersenang-senang tanpa batas agama, aku masih mampu menahan diri.
Kadang mereka mencercaku sebagai perempuan sok suci, maryam modern, tapi aku tak menanggapi. Bukankah Sang Maha Pemilik Kasih dan Sayang menegur hambanya untuk berkata Salam (keselamatan) pada mereka yang dianggap jahil. Setiap hari aku berdoa semoga engkau baik-baik saja di sana. Menjalani titah Sang Pencipta untuk menjadi mujahid dakwah.
Wahai calon suamiku
                        Kelak ketika aku berada dalam pangkuanmu, jadikanlah aku seperti ibunda Khadijah, yang mampu memberi ketenangan batin, di saat suami sedang prihatin. Jadikanlah aku seperti ibunda Aisyah yang menjadi qurrata a`yun (penyejuk hati) pada setiap derap langkah cintamu. Di sini aku berusaha menjadi Maryam, yang senantiasa menjaga kesucian diri.
                        Bila takdir ilahi mempertemukan kita dalam sebuah jalinan cinta, aku berharap kamu cinta pertama dan yang terakhir. Akan ku ukir selalu, namamu dalam lembaran hatiku. Sekarang aku berusaha mempersiapkan hari yang bahagia itu. Aku harap kamu baik-baik di sana. Menjaga diri dengan irama cinta Sang Maha Penyayang.
Wahai calon suamiku
Di akhir bait ini kan kutulis bait puisi sebagai tanda cinta yang kan kujaga hingga tiba saatnya:
Sebenarnya cinta
Demikian membuncah
Membakar jiwa
Sedang ku tersadar
Bahwa Kau belum halal
Untukku

Sejatinya cinta
Demikian menggelora
Mengobar hati
Sedang ku teringat
Bahwa Kau belum halal
Bagiku

Ku mencoba bersabar
Menunggu
Hingga cinta sejati
Halal menghampiri

Ku mencoba bersabar
Menanti
Hingga cinta murni
Halal mendekati

Sangat ku berharap
Bahwa itu
Adalah
Cinta-Mu
Demikian surat cintaku. Aku harap Allah mencatatnya dalam lembaran lauhil mahfudh yang nantinya akan kau baca ketika takdir cinta memperjumpakan kita.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb




Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2011. Amoe Hirata - All Rights Reserved
Maskolis' Creation Published by Mahmud Budi Setiawan